Kamis, 17 Januari 2013

Gorean Pena #40



Alangkah indahnya, ketika diri ini selalu meniatkan akhirat untuk semua hal. Tak ada prasangka; semuanya lillah. Menjalaninya dengan penuh kesyukuran; tanpa beban. Tapi terlalu sering keimanan berada pada puncak bawah kurva.  Iman melemah. #Astaghfirulloh (17 Januari 2013) 

Goresan Pena #39



Hmm, terlalu sering suasana hati terbawa pada ekspresi. Tak bermaksud demikian, tapi mungkin karena diriku tak berbakat untuk menyembunyikannya. (17 Januari 2013)

Sabtu, 12 Januari 2013

Goresan Pena #38



‎"Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Aku memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar" (Sayyidina Umar bin Khattab).

Status dari teman. Lagi-lagi aku belajar. Bismillah mencoba mengamalkan. Menjaga lidah, taqwa, memberi nasihat, sabar. Bismillah… (13 Januari 2013)

Goresan Pena #37



Pagi ini aku baru saja melihat dunia.
Selepas menyelesaikan tugas “monitoring media”dilanjutkan dengan mengetik huruf demi huruf menjawab poin-poin pertanyaan dari adek angkatanku; untuk tugas kuliah kata dia, maka kemudian aku bergegas mandi dan merapikan diri. Kukayuh perlahan sepeda warna ungu milik mbak kosku. Mengarahkan roda sepeda berputar menuju ke utara. Yap, ke utara. Karena aku ingin menuju tempat yang sudah aku planingkan semalam tadi; masjid Nurul Asri. Pasalnya, sore kemarin aku baru saja melihat fb ku dan kujumpai ada leaflet ijo yang dishare oleh salah satu sahabatku, tentang kajian yang dilangsungkan di masjid nurul asri periode januari-februari. Kuarahkan mataku menuju tulisan 13 januari 2013. Yap, kulihat ada satu nama ustadz yang akan mengisi kajian pagi, Ustadz Talqis.

Dengan semangat 45, perlahan kukayuh sepedaku. Melewati gang kumojoyo, kemudian belok ke kiri; melewati depan KPLT FT UNY. Menjumpai perempatan pertama, kemudian langsung belok ke kanan. Luruus ke utara. Dan tak lama kemudian, sepeda ungu sudah kuparkir di halaman masjid. Sedikit kecewa sih; karena ternyata kajian telah usai. Pantas saja, sepanjang jalan menuju nurul asri tadi ada mbak-mbak dan ibu-ibu dengan busana muslimah melangkahkan kaki berlawanan arah denganku. Sudah kuduga sebelumnya; mereka memang rombongan peserta kajian pagi ini. Dan itu berarti kajian telah usai. Benar saja, aku sampai di masjid, hanya tinggal segelintir orang saja; mungkin peserta kajian yang belum beranjak pulang; masih ingin menuntaskan urusannya. Yap, dhuha.

Aku pun kemudian demikian. Mengunci sepedaku, kemudian, Allohummaftahliabwabarohamtik. Melangkah kaki masuk masjid. Menuju tempat mukena, mengambilnya kemudian sholat dhuha 4 rokaat. Berdoa, memohon keberkahan untuk hari ini, kemudian mengambil mushaf warna keemasan. 1 lembar kuusaikan.

Setelah mendapatkan ketenangan, kembali kuarahkan sepeda menuju arah barat. Masih ingin mencari tempat kajian, pikirku. Mengisi kekosongan hati. Masih haus akan ilmu. Tepat jam 8, kakiku mulai mengayuh sepeda kembali ke arah maskam UGM. Melewati jalan selokan mataram, lurus, kemudian masuk jalan kampus UGM; melewati kampus FKH, FTP, lurus ke selatan melewati jalan di sebelah barat FIB UGM. Belok kiri, lurus, mengarah ke masjid kampus nan megah itu  
Sepanjang jalan menuju maskam, kuamati sisi kana dan kiri jalan. Hari yang bahagia, batinku. Kulihat banyak keluarga yang sedang berkumpul. Mengajak anaknya untuk main bulu tangkis. Joging bersama. Bahkan main sepak bola. Ada yang sedang asyik bercerita. Ada yang sedang berkumpul bersama, menikmati bekal yang dibawa. Hmm, benar-benar deh. Suasana keluarga yang harmonis. Menikmati weekend dengan acara bersama orang-orang tercinta.     

Inilah dunia. Dunia yang kulihat pagi ini. Pagi yang cerah, dengan nuansa bahagia. Aku bersyukur, yap, Alhamdulillah aku masih bisa melihat dunia J
(Coretan pagi; 13 Januari 2013)

Goresan Pena #36


“Melakukan sesuatu dengan hati. Coba dengarkan apa kata hatimu.” Sebuah kalimat yang sedikit menohokku. Bahkan tak hanya sedikit, sangat, bahkan. Akhir-akhir ini aku sering merenungi tentang kehidupan yang selama ini aku jalani. Dan kalimat yang barusan itu terlontar dari mulut kawanku, dan bagiku kalimat itu cukup merangkum dari renunganku. Selama ini, aku memang merasa aku seolah tak menikmati hidup. Aku melakukan ini itu, bukan karena itu memang kata hatiku, tapi itu lebih karena peluang yang aku ambil dengan kondisiku yang ada padaku selama ini. Semua-muanya aku lakukan, selama aku sanggup untuk itu. Sehingga seringkali ketika hatiku menolak, aku tak meresponnya. Aku tetap menjalaninya, dan berusaha, ya berusaha untuk menyukainya; bukan karena aku memang menyukainya. Hmm, lagi-lagi belajar tentang kehidupan… cobalah kau dengarkan hatimu berbicara.

Goresan Pena #35


Hmm, habis baca status temen, copas ahh...

Dari atsar Imam Syafi'i:“Barangsiapa yang mempelajari al-Qur`an maka kedudukannya menjadi agung, barangsiapa yang belajar fiqih maka kehormatannya menjadi mulia, barangsiapa yang menulis Hadits maka hujjahnya menjadi kuat, barangsiapa yang belajar bahasa maka tabiatnya menjadi lembut, barangsiapa yang belajar berhitung maka pendapatnya menjadi kuat, barangsiapa yang tidak menjaga dirinya maka ilmunya tidak dapat memberi manfaat kepadanya.” (Tawaali at-Ta`siis bi Ma’ali Ibnu Idris, karya al-Hafidz Ibnu Hajar, hal. 136)
Merefleksikan diri dengan apa yang tertulis di sana. Kebiasaan mempelajari qur'an. belajar fiqih, hadits, belajar bahasa, berhitung. Hmm, ilmuku masih sangat sedikit. (@Kamar 3x4)

Goresan Pena #34


Suasana pagi ini kunikmati dengan cara yang lain. Kulangkah kakiku bersama 12 kaki-kaki kecil yang lain. Berangkat dari rumah nenekku; jalan-jalan santai di pagi hari. Setelah minum sesuput susu di gelas milik adek-adekku serta berbekal makan kacang atom dan sukro; snack ringan, ku bersiapa berangkat. 1 adek sepupuku; namanya Naswa, dia yang tetap kekeh ingin bersepeda; tak mau jalan. Yap, memang kami memang berencana ingin berjalan-jalan pagi. Sambil olahraga; pikirku. Aku memang merasa beberapa hari ini badanku terasa berat. Ya, aku jarang berolahraga. Dan pagi ini aku niatkan untuk mengentengkan badanku; olahraga. Selangkah demi selangkah kami berjalan menyusuri jalanan pagi hari. Udara masih terasa segar. Sesekali aku berlari-lari kecil; mengejar ketertinggalanku dengan sepupu kecilku yang mengendarai sepeda mungilnya. Hmm, hari yang menyenangkan. Yap, tepat di hari pertama tahun baru, 2013. 01 Januari. Mungkin ini akan menjadi momen yang tak akan terlupakan, begitu kata adekku yang kedua. Sebut saja dia Ari. Yap… dan kemudian kami bertujuh memutuskan untuk mengarahkan langkah kami menuju ke desa Tersidi. Tadinya kami bingung mau ke Tersidi ataukah ke Tasik Madu. Tapi kemudian adek-adekku mengajak ke sana. Ari ingin menunjukkan bendungan yang ada di Tersidi, tempat di mana dulu dia bermain-main dengan adek-adekku yang lain. Hmm, aku lupa sesuatu. Aku belum memperkenalkan nama adek-adekku dan sepupuku ya. Baiklah akan aku perkenalkan satu per satu. Wiwin, sebut saja demikian. Dia adalah adek pertamaku. Sedangkan adekku yang kedua, laki-laki, namanya Ari. Begitu juga dengan adekku yang terakhir; laki-laki juga. Namanya Rizal. Sedangkan ketiga sepupuku; perempuan semua. Namanya Putri, Dwi, dan Naswa. Beberapa menit kemudian, setelah melintasi jalanan yang cukup menantang, akhirnya sampai juga kami ke lokasi yang dimaksud. Aku katakan menantang, karena jalanan yang kami lalui memang demikian. Becek di sana-sini; jalan belum diaspal. Masih berupa tanah. Dan kami harus cukup bersabar karena sudah pasti kaki-kaki kami harus kotor terkena tanah basah. Tapi semua itu terbayar dengan sesuatu yang begitu indah; tak ku sangka sebelumnya. View yang bagus. Dengan pemandangan bukit-bukit di sebelah utara, dan gunung-gunung yang berjejer. Di sebelah timur, gunung Merapi, ke barat sedikit ada Gunung Merbabu. Dan semakin ke barat, ada Gunung Sumbing dan Sindoro; kelompok gunung mati. Tak hanya itu saja, pemandangan sawah yang terbentang- penuh dengan padi hijau; sawah yang tergenang air-air hujan semalaman mungkin, dan capung yang begitu banyak-merah, kuning bertebaran di sana-sini. Subhanalloh. Alloh swt membuat semua ini, bahkan dengan sangat mudah. Kun fayakun, jadilah maka jadi. Dan pasti semua ini Dia ciptakan dengan rapi; selalu ada hikmah di balik itu. Hari yang mengesankan; dan tak kan terlupakan. Semoga. (1 Januari 2013 @Purworejo; warung tempat Lek Ni)