Alangkah
indahnya, ketika diri ini selalu meniatkan akhirat untuk semua hal. Tak ada
prasangka; semuanya lillah. Menjalaninya dengan penuh kesyukuran; tanpa beban.
Tapi terlalu sering keimanan berada pada puncak bawah kurva. Iman melemah. #Astaghfirulloh (17 Januari
2013)
Kamis, 17 Januari 2013
Goresan Pena #39
Hmm,
terlalu sering suasana hati terbawa pada ekspresi. Tak bermaksud demikian, tapi
mungkin karena diriku tak berbakat untuk menyembunyikannya. (17 Januari 2013)
Sabtu, 12 Januari 2013
Goresan Pena #38
"Aku
mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada
menjaga lidah. Aku memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan
pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis
amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat
baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih
baik daripada sabar" (Sayyidina Umar bin Khattab).
Status
dari teman. Lagi-lagi aku belajar. Bismillah mencoba mengamalkan. Menjaga
lidah, taqwa, memberi nasihat, sabar. Bismillah… (13 Januari 2013)
Goresan Pena #37
Pagi
ini aku baru saja melihat dunia.
Selepas
menyelesaikan tugas “monitoring media”dilanjutkan dengan mengetik huruf demi
huruf menjawab poin-poin pertanyaan dari adek angkatanku; untuk tugas kuliah
kata dia, maka kemudian aku bergegas mandi dan merapikan diri. Kukayuh perlahan
sepeda warna ungu milik mbak kosku. Mengarahkan roda sepeda berputar menuju ke
utara. Yap, ke utara. Karena aku ingin menuju tempat yang sudah aku planingkan
semalam tadi; masjid Nurul Asri. Pasalnya, sore kemarin aku baru saja melihat
fb ku dan kujumpai ada leaflet ijo yang dishare oleh salah satu sahabatku, tentang
kajian yang dilangsungkan di masjid nurul asri periode januari-februari.
Kuarahkan mataku menuju tulisan 13 januari 2013. Yap, kulihat ada satu nama
ustadz yang akan mengisi kajian pagi, Ustadz Talqis.
Dengan
semangat 45, perlahan kukayuh sepedaku. Melewati gang kumojoyo, kemudian belok
ke kiri; melewati depan KPLT FT UNY. Menjumpai perempatan pertama, kemudian
langsung belok ke kanan. Luruus ke utara. Dan tak lama kemudian, sepeda ungu
sudah kuparkir di halaman masjid. Sedikit kecewa sih; karena ternyata kajian
telah usai. Pantas saja, sepanjang jalan
menuju nurul asri tadi ada mbak-mbak dan ibu-ibu dengan busana muslimah
melangkahkan kaki berlawanan arah denganku. Sudah kuduga sebelumnya; mereka
memang rombongan peserta kajian pagi ini. Dan itu berarti kajian telah usai. Benar
saja, aku sampai di masjid, hanya tinggal segelintir orang saja; mungkin
peserta kajian yang belum beranjak pulang; masih ingin menuntaskan urusannya.
Yap, dhuha.
Aku
pun kemudian demikian. Mengunci sepedaku, kemudian, Allohummaftahliabwabarohamtik. Melangkah kaki masuk masjid. Menuju
tempat mukena, mengambilnya kemudian sholat dhuha 4 rokaat. Berdoa, memohon
keberkahan untuk hari ini, kemudian mengambil mushaf warna keemasan. 1 lembar
kuusaikan.
Setelah
mendapatkan ketenangan, kembali kuarahkan sepeda menuju arah barat. Masih ingin
mencari tempat kajian, pikirku. Mengisi kekosongan hati. Masih haus akan ilmu. Tepat
jam 8, kakiku mulai mengayuh sepeda kembali ke arah maskam UGM. Melewati jalan
selokan mataram, lurus, kemudian masuk jalan kampus UGM; melewati kampus FKH, FTP,
lurus ke selatan melewati jalan di sebelah barat FIB UGM. Belok kiri, lurus,
mengarah ke masjid kampus nan megah itu
Sepanjang
jalan menuju maskam, kuamati sisi kana dan kiri jalan. Hari yang bahagia, batinku. Kulihat banyak keluarga yang sedang
berkumpul. Mengajak anaknya untuk main bulu tangkis. Joging bersama. Bahkan
main sepak bola. Ada yang sedang asyik bercerita. Ada yang sedang berkumpul
bersama, menikmati bekal yang dibawa. Hmm,
benar-benar deh. Suasana keluarga yang harmonis. Menikmati weekend dengan acara
bersama orang-orang tercinta.
Inilah
dunia. Dunia yang kulihat pagi ini. Pagi yang cerah, dengan nuansa bahagia. Aku
bersyukur, yap, Alhamdulillah aku masih bisa melihat dunia J
(Coretan
pagi; 13 Januari 2013)
Goresan Pena #36
“Melakukan sesuatu dengan hati. Coba
dengarkan apa kata hatimu.” Sebuah kalimat yang sedikit menohokku. Bahkan
tak hanya sedikit, sangat, bahkan. Akhir-akhir ini aku sering merenungi tentang
kehidupan yang selama ini aku jalani. Dan kalimat yang barusan itu terlontar
dari mulut kawanku, dan bagiku kalimat itu cukup merangkum dari renunganku.
Selama ini, aku memang merasa aku seolah tak menikmati hidup. Aku melakukan ini
itu, bukan karena itu memang kata hatiku, tapi itu lebih karena peluang yang
aku ambil dengan kondisiku yang ada padaku selama ini. Semua-muanya aku
lakukan, selama aku sanggup untuk itu. Sehingga seringkali ketika hatiku
menolak, aku tak meresponnya. Aku tetap menjalaninya, dan berusaha, ya berusaha
untuk menyukainya; bukan karena aku memang menyukainya. Hmm, lagi-lagi belajar
tentang kehidupan… cobalah kau dengarkan
hatimu berbicara.
Goresan Pena #35
Hmm,
habis baca status temen, copas ahh...
Dari
atsar Imam Syafi'i:“Barangsiapa yang mempelajari al-Qur`an maka kedudukannya
menjadi agung, barangsiapa yang belajar fiqih maka kehormatannya menjadi mulia,
barangsiapa yang menulis Hadits maka hujjahnya menjadi kuat, barangsiapa yang
belajar bahasa maka tabiatnya menjadi lembut, barangsiapa yang belajar
berhitung maka pendapatnya menjadi kuat, barangsiapa yang tidak menjaga dirinya
maka ilmunya tidak dapat memberi manfaat kepadanya.” (Tawaali at-Ta`siis bi
Ma’ali Ibnu Idris, karya al-Hafidz Ibnu Hajar, hal. 136)
Merefleksikan diri dengan apa yang tertulis di sana. Kebiasaan mempelajari
qur'an. belajar fiqih, hadits, belajar bahasa, berhitung. Hmm, ilmuku masih
sangat sedikit. (@Kamar 3x4)
Goresan Pena #34
Suasana
pagi ini kunikmati dengan cara yang lain. Kulangkah kakiku bersama 12 kaki-kaki
kecil yang lain. Berangkat dari rumah
nenekku; jalan-jalan santai di pagi hari. Setelah minum sesuput susu di gelas
milik adek-adekku serta berbekal makan kacang atom dan sukro; snack ringan, ku
bersiapa berangkat. 1 adek sepupuku; namanya Naswa, dia yang tetap kekeh ingin
bersepeda; tak mau jalan. Yap, memang kami memang berencana ingin
berjalan-jalan pagi. Sambil olahraga; pikirku. Aku memang merasa beberapa hari
ini badanku terasa berat. Ya, aku jarang berolahraga. Dan pagi ini aku niatkan
untuk mengentengkan badanku;
olahraga. Selangkah demi selangkah kami berjalan menyusuri jalanan pagi hari.
Udara masih terasa segar. Sesekali aku berlari-lari kecil; mengejar
ketertinggalanku dengan sepupu kecilku yang mengendarai sepeda mungilnya. Hmm,
hari yang menyenangkan. Yap, tepat di hari pertama tahun baru, 2013. 01
Januari. Mungkin ini akan menjadi momen yang tak akan terlupakan, begitu kata
adekku yang kedua. Sebut saja dia Ari. Yap… dan kemudian kami bertujuh memutuskan
untuk mengarahkan langkah kami menuju ke desa Tersidi. Tadinya kami bingung mau
ke Tersidi ataukah ke Tasik Madu. Tapi kemudian adek-adekku mengajak ke sana.
Ari ingin menunjukkan bendungan yang ada di Tersidi, tempat di mana dulu dia
bermain-main dengan adek-adekku yang lain. Hmm, aku lupa sesuatu. Aku belum
memperkenalkan nama adek-adekku dan sepupuku ya. Baiklah akan aku perkenalkan
satu per satu. Wiwin, sebut saja demikian. Dia adalah adek pertamaku. Sedangkan
adekku yang kedua, laki-laki, namanya Ari. Begitu juga dengan adekku yang
terakhir; laki-laki juga. Namanya Rizal. Sedangkan ketiga sepupuku; perempuan
semua. Namanya Putri, Dwi, dan Naswa. Beberapa menit kemudian, setelah
melintasi jalanan yang cukup menantang, akhirnya sampai juga kami ke lokasi
yang dimaksud. Aku katakan menantang, karena jalanan yang kami lalui memang
demikian. Becek di sana-sini; jalan belum diaspal. Masih berupa tanah. Dan kami
harus cukup bersabar karena sudah pasti kaki-kaki kami harus kotor terkena
tanah basah. Tapi semua itu terbayar dengan sesuatu yang begitu indah; tak ku
sangka sebelumnya. View yang bagus. Dengan pemandangan bukit-bukit di sebelah
utara, dan gunung-gunung yang berjejer. Di sebelah timur, gunung Merapi, ke
barat sedikit ada Gunung Merbabu. Dan semakin ke barat, ada Gunung Sumbing dan
Sindoro; kelompok gunung mati. Tak hanya itu saja, pemandangan sawah yang
terbentang- penuh dengan padi hijau; sawah yang tergenang air-air hujan
semalaman mungkin, dan capung yang begitu banyak-merah, kuning bertebaran di
sana-sini. Subhanalloh. Alloh swt
membuat semua ini, bahkan dengan sangat mudah. Kun fayakun, jadilah maka jadi.
Dan pasti semua ini Dia ciptakan dengan rapi; selalu ada hikmah di balik itu.
Hari yang mengesankan; dan tak kan terlupakan. Semoga. (1 Januari 2013 @Purworejo;
warung tempat Lek Ni)
Langganan:
Postingan (Atom)