Rabu, 08 Januari 2014

Ah, entahlah…

Ya Alloh… hamba gak paham, kenapa perasaan ini harus ada? Muncul? Dan semakin ke sini semakin tumbuh? Ah, bukan lagi benih, tapi udah mulai tumbuh menjadi tanaman kecil, berdaun, berakar, dan aaaa.. sebentar lagi berbunga miungkin. Ah, aku gak paham ya Alloh. Kenapa ini harus terus bertumbuh. Aku sudah berusaha untuk mencoba menahan pertumbuhannya, menghambatnya, dengan segala cara, entah dengan hormon “shaum”, “tilawah”, “pasrah”, “doa”. Ya, semua-muanya udah aku lakukan ya Alloh. Tapi, rasanya… semua kok gak mempan ya. Aku gak tau. Aku gak paham. Aku harus bagaimana.

Ah, entahlah. Kucoba mengingat kembali. Sejak kapan perasaan ini bertumbuh. Memang barangkali sudah sejak lama. Tapi, tapi, gak sampai segininya banget. Dan semakin ke sini, perasaan ini semakin menggebu. Aku sudah berusaha untuk mengalihkan, melupakan, ya melupakan, tapi, tapi, kenapa bayangan si dia selalu muncul. Selalu ada. Aku tak tahu, aku tak paham.

Dan… aku semakin takut. Semakin takut untuk berharap. Karena… perasaaan ini terus tumbuh tanpa aku tahu apakah dirinya punya perasaan yang sama denganku. Kembali… pasrah! Aku pasrahkan perasaanku padaMu, ya Rabb. Rabb, penguasa alam semesta; penggenggam hati. Jika dia memang jodohku, maka dekatkan dan segerakan. Jika bukan, maka bantu aku untuk menetralkan perasaan yang aku miliki.

***

Tapi… semakin ke sini, kenapa justru yang terjadi adalah aku semakin sering bertemu dengan dirinya. Dan, bahkan bisnis yang kami jalani memiliki mimpi besar. Dan mau gak mau, komitmen besar pun mesti ada di sana. Dan, mau gak mau komunikasi intens… itu yang diperlukan. Itu berarti; aku akan sering berkomunikasi dengannya.

Apa itu berarti? Ah, aku tak mau menduga, tak mau terlalu berharap. Memang, akhirnya aku semakin dekat dengannya. Dan perasaan ini akan semakin tumbuh.

Ya Alloh, apa yang mesti hamba lakukan? Aku tak tahu. Perkara jodoh, Engkau yang palin Tahu, yang terbaik buat hambaMu. Dan, lagi-lagi, aku hanya bias pasrah.

Pernah, aku membaca sebuah artikel yang ada di facebook, tentang partner bisnis vs partner hidup. Aaa, aku semakin ingin menjerit dalam batinku. Menjerit, dan kemudian berandai-andai. Ya, andai partner hidup dan partner bisnis itu orang yang sama. Dan aku semakin membayangkan dia adalah yang aku maksud.

***

Dan saat-saat seperti ini; seperti sekarang ini adalah saat untuk menunggu jawaban. Aku semakin tak berdaya. Aku lemah. Hanya doa, ya… doa yang bias aku panjatkan. Ah, entahlah. Kenapa seolah rasanya pelik sangat.


@Medianet. 9.1.13. 11:34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar