Ya Alloh… hamba gak paham, kenapa
perasaan ini harus ada? Muncul? Dan semakin ke sini semakin tumbuh? Ah, bukan
lagi benih, tapi udah mulai tumbuh menjadi tanaman kecil, berdaun, berakar, dan
aaaa.. sebentar lagi berbunga miungkin. Ah, aku gak paham ya Alloh. Kenapa ini
harus terus bertumbuh. Aku sudah berusaha untuk mencoba menahan pertumbuhannya,
menghambatnya, dengan segala cara, entah dengan hormon “shaum”, “tilawah”, “pasrah”,
“doa”. Ya, semua-muanya udah aku lakukan ya Alloh. Tapi, rasanya… semua kok gak
mempan ya. Aku gak tau. Aku gak paham. Aku harus bagaimana.
Ah, entahlah. Kucoba mengingat
kembali. Sejak kapan perasaan ini bertumbuh. Memang barangkali sudah sejak
lama. Tapi, tapi, gak sampai segininya banget. Dan semakin ke sini, perasaan
ini semakin menggebu. Aku sudah berusaha untuk mengalihkan, melupakan, ya
melupakan, tapi, tapi, kenapa bayangan si dia selalu muncul. Selalu ada. Aku tak
tahu, aku tak paham.
Dan… aku semakin takut. Semakin
takut untuk berharap. Karena… perasaaan ini terus tumbuh tanpa aku tahu apakah
dirinya punya perasaan yang sama denganku. Kembali… pasrah! Aku pasrahkan
perasaanku padaMu, ya Rabb. Rabb, penguasa alam semesta; penggenggam hati. Jika dia memang jodohku, maka dekatkan dan
segerakan. Jika bukan, maka bantu aku untuk menetralkan perasaan yang aku
miliki.
***
Tapi… semakin ke sini, kenapa
justru yang terjadi adalah aku semakin sering bertemu dengan dirinya. Dan,
bahkan bisnis yang kami jalani memiliki mimpi besar. Dan mau gak mau, komitmen
besar pun mesti ada di sana. Dan, mau gak mau komunikasi intens… itu yang
diperlukan. Itu berarti; aku akan sering berkomunikasi dengannya.
Apa itu berarti? Ah, aku tak mau menduga, tak mau terlalu
berharap. Memang, akhirnya aku semakin dekat dengannya. Dan perasaan ini
akan semakin tumbuh.
Ya Alloh, apa yang mesti hamba
lakukan? Aku tak tahu. Perkara jodoh, Engkau yang palin Tahu, yang terbaik buat
hambaMu. Dan, lagi-lagi, aku hanya bias pasrah.
Pernah, aku membaca sebuah
artikel yang ada di facebook, tentang partner bisnis vs partner hidup. Aaa, aku
semakin ingin menjerit dalam batinku. Menjerit, dan kemudian berandai-andai.
Ya, andai partner hidup dan partner bisnis itu orang yang sama. Dan aku semakin
membayangkan dia adalah yang aku maksud.
***
Dan saat-saat seperti ini;
seperti sekarang ini adalah saat untuk menunggu jawaban. Aku semakin tak
berdaya. Aku lemah. Hanya doa, ya… doa yang bias aku panjatkan. Ah, entahlah.
Kenapa seolah rasanya pelik sangat.
@Medianet. 9.1.13. 11:34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar