Minggu, 09 Desember 2012

Goresan pena #12

goresan yang sempat terputus

Sebuah pesan lewat picture yang diwallkan oleh temenku di fbku. Di sana tertulis kalimat yang begitu menginspirasi. Betapa tidak? Kalimat-kalimat itu mewakili apa yang aku rasakan saat ini. Tentang hakikat ujian. Begini bunyi kalimat itu,

“Taukah kita? Ketika Alloh rindu pada hambaNya, maka Alloh akan mengirimkan sebuah hadiah istimewa melalui malaikat Jibril yang isinya ujian. Dalam hadits Qudsi Alloh berfirman : Pergilah pada hambaKu lalu limpahkanlah berbagai ujian padanya karena Aku ingin mendengar rintihannya (HR. Thabrani dari Abu Umamah).”

Yap, ujian. Yang sunnatullohnya sebagai manusia, ia pasti merasakan. Pun denganku saat ini. Ujian tentang ukhuwah. Tentang membangun ukhuwah, tentang saling memahami, tentang perbedaan karakter, tentang adab menasihati, tentang rasa sungkan untuk menasihati, tentang benteng hati, tentang keegoisan, tentang sensitivitas, tentang komitmen, tentang kepercayaan, tentang hati.

Entah kenapa semua ini terjadi? Tapi aku yakin ini adalah bagian dari skenario Alloh untukku dan untuknya. Aku memang manusia yang tak luput dari salah, sehingga karena kesalahanku semua jadi seperti ini. Berawal dari rasa sungkanku, kemudian menjadi bertumpuk kepada kemarahan; meluap karena emosi, khilaf, lupa akan adab nasihat menasihati, dan seolah sekarang menjadi terputus. Berakhir tragis. Ya Alloh, aku tak bermaksud untuk memutuskan semua ini. Aku sudah berupaya untuk meminta maaf, mencoba mengalah, tapi entahlah, aku tak tahu apa yang ada di dalam hati saudaraku, aku tak mengerti apa yang dia inginkan. Aku tak tau dengan semuanya, seolah memang benteng itu masih kokoh padanya. Aku sudah mencoba mengutarakannya, tapi ia terdiam. Aku tak mengerti ya Alloh.

Aku memang melankolis. Aku lebih sering menumpahkan air mata. Jarang aku bisa menahannya. Termasuk dalam permasalahan ini. Aku lebih sering menangis di depannya. Sedangkan ia, ia tetap dengan wajah tegar. Tak ada tetesan air mata. Ya, memang karena kita berdua berbeda. Ia lebih bisa menahan semuanya. Ia pernah bilang padaku, “Cukuplah menangis ketika kita berdua dengan Alloh.”

Aku sensistif, takut untuk melukai hati saudaraku, sehingga terlalu sering rasa sungkan hadir untuk menasihatinya. Entah, kenapa. Padahal rasa sungkan yang hadir untuk mengingatkan, meluruskan apa yang tak lurus adalah bisa jadi sebagai benteng ukhuwah. Yap, mungkinlah itu yang terjadi, sehingga seolah ukhuwah yang terbangun antara aku dan dia, semacam tak ada keterbukaan.

Aku cukup blajar banyak dengan semua ini. Memang aku pernah mengeluh, “Kenapa pada akhirnya bisa seperti ini ketika aku menjadi sahabat dekatnya?” Tapi yap, aku yakin di balik semua ini akan ada hikmah besar. Aku memang belum bisa menjadi saudara yang baik baginya. Aku sadar itu! Dan semoga apa yang terjadi padaku semua ini akan menjadi pelajaran ketika aku akan membangun ukhuwah dengan saudaraku yang lain.

Tapi, aku tak ingin kehilangan dirinya ya Alloh. Aku tak bermaksud memutuskannya. Semoga semua akan mereda pada waktunya. Dan akan berakhir indah pada masanya. Aku rindu ingin memeluknya; memeluk seerat-eratnya, karena aku adalah sahabatnya. Ya Alloh, aku yakin Engkau tahu itu.

Hanya doa yang terlantun: Semoga kelak ia akan terbuka dengan semua ini. Semoga ia akan selalu bahagia dengan keputusan yang ia ambil saat ini, meskipun keputusan yang ia ambil adalah mengeluarkan namaku pada list contact hidupnya; karena ia ingin menjadi orang yang minimalis.

Memberi tanpa mengharap apapun dari seseorang. Inilah yang disebut keikhlasan. Tetaplah baik dengan saudaramu meskipun ia tak pernah menganggap kau ada. Tak perlu kemudian ia memberikan balasan atas apa yang kau lakukan untuknya. Cukuplah Alloh yang melihat, pun RasulNya. Itulah langkah terakhir yang bisa aku lakukan ketika aku benar-benar mencintaiNya karena Alloh; mencintai saudaraku. Karena aku masih ingin berukhuwah dengannya.

Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu berhimpun dalam naungan cintaMu. Bertemu dalam ketaatan bersatu dalam perjuangan menegakkan syariat dalam kehidupan. Kuatkanlah ikatannya kekalkanlah cintanya tunjukilah jalan2nya terangilah dengan cahyaMu yang tiada pernah padam ya Rabbi bimbinglah kami. Lapangkanlah dada kami dengan karunia iman dan indahnya tawakkal padaMu hidupkan dengan ma’rifatMu matikanlah dalam syahid di jalanMu. Engkaulah pelindung dan pembela (Rabithah) #09 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar