Selasa, 25 Desember 2012

Goresan Pena #26

Hmmm, pagi ini, dari jam 07.30 sampai dengan 8 lebih dikit dapet kuliah yang super duper kereen abizzz. Dari dosen yang keren abiz pula, Pak Slamet Suyanto. Tentang “Esensi dari belajar Filsafat Ilmu”. Beliau menyampaikan bahwasanya dari terbentuknya alam semesta, maka muncullah kehidupan. Di dalam kehidupan ini, salah satu unsur yang ada di dalamnya adalah manusia yang baru diciptakan 1,5 juta tahun yang lalu. Kehadiran manusia untuk mempelajari kehidupan alam pada alanya dengan membuat mitos, yang kemudian berkembang menjadi ilmu pada masa Reinassence. Yap, masa setelah berlalunya abad kegelapan. (Sampai di sini, kemudian aku berpikir, merenungkan. Rada gak sepakat dengan pernyataan ilmu muncul pada masa Reinassance seperti yang tersebut di dalam sejarah. Masa reinassence adalah masa bersinarnya keilmuan yang ada di eropa. Padahal sebelum itu, ilmu juga sudah berkembang di masa kejayaan Islam. Jadi ilmu tidak serta merta baru pesat ketika masa Reinassance). Yap, lanjut! Setelah adanya masa kejayaan ilmu, muncullah satu fase revolusi industri, di mana pada fase ini merupakan masa pertanda kemunculan teknologi. Munculnya teknologi ini kemudian diiringi dengan terbentuknya kebudayaan. Kebudayaan kemudian berkembang menjadi peradaban. Adanya peradaban memunculkan modern society yang memiliki 11 universal values. Peradaban diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pendidikan. Adapun hakikat dari pendidikan itu sendiri sebenarnya adalah mengembalikan manusia ke alam,; agar manusia lebih bijak terhadap alam . Pendidikan semestinya mengembangkan nilai sustainability, harmony, kemakmuran, kelestarian. Wujud dari pendidikan dengan konsep tersebut adalah pendidikan STS, STSE, SETS, STEPWISE. Yap, mendengarkan penjelasan dari beliau, aku berdecak kagum. Subhanalloh, satu konsep yang begitu luar biasa. Aku suka, dan semoga bias turut menjadi bagian dari alur ini.  (18 Desember 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar