“Knowledge itu masuk ke dalam
struktur pikiran kita. Kita tak butuh buku ketika memang kita benar-benar sudah
memahami tentang ilmu itu. Bahkan apa yang kita sampaikan mengenai ilmu itu
tidak persis dengan kata-kata yang tertuang
di dalam buku; tapi kita membuat kata-kata sendiri atas apa yang kita
pahami, dengan bahasa kita. Itulah pemahaman kita tentang ilmu; bukan hanya
sekadar hafalan mengenai ilmu.” Yap, lagi-lagi kudapatkan pemahaman itu dari
apa yang disampaikan oleh dosen filsafatku. Aku bergumam dalam hati mengenai
kekerenan yang beliau punya. Bahkan pagi ini, aku pun jadi semakin tahu sedikit
hal tentang kekerenan beliau. Bahwa dahulu beliau pun berguru pada seseorang
yang memang lua biasa. Ceritanya adalah pada waktu itu beliau menjadi guru di
sebuah sekolah SMA. Bahkan beliau bekerja menjadi seirang guru dengan jam kerja
hingga lebih dari jam 12 malam. Pasalnya beliau ditunjuk oleh kepala sekolah
menjadi salah satu tim inti yang ada di sekolah itu. Bahkan, beliau menjadi
orang yang paling muda dalam tim itu. Sampai jam sedemikian beliau bersama
temen-temen tim inti yang lain, termasuk dengan kepala sekolahnya melakukan
rapat. Entah apa yang dibahas dalam rapat itu; tapi pastunya tentang kelanjutan
nasib sekolah ingin dibawa ke mana. Ck, ck, ck. Kepala sekolah yang luar biasa
itu, senantiasa mengajak dosenku dan kawan-kawannya untuk menyempatkan sholat
tahajjud; entah sebelum rapat atau pasca itu. Huft, aku lagi-lagi berdecak
kagum. Tak mengherankan jika kemudian dosenku menjadi orang yang luar biasa,
karena pun orang yang menjadi guru beliau pun orang yang luar biasa. Aku
berharap, semoga pun aku bisa menjadi seperti mereka. (18 Desember 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar